,
Ayubowan! Welcome to Srilanka
Minggu kemarin kami mendapat kabar bahwa visa kami sudah jatuh tempo dan
tidak bisa diperpanjang lagi. maklumlah karena kesibukan dan hal-hal
yang lain (mungkin kemalasan juga), sampai sekarang kami belum selesai
mengurus ijin tinggal kami di Maldives. Sebulan visa turis yang
diberikan oleh imigrasi Maldives hanya dapat diperpanjang sampai 2 kali
saja sampai maksimum 3 bulan. Lepas bulan ke-3 kami di Maldives, kami
harus keluar dulu dan masuk lagi setelahnya untuk mengurus ijin tinggal
lagi.
Untungnya imigrasi Maldives adalah salah satu imigrasi yang ramah dan
baik hati. Sewaktu menyerahkan passport melangkah ke boarding room malam
itu, petugas imigrasi yang ramah tersenyum pada saya. 'I have your name
on the red list already, lady', ujarnya lembut. Saya merasa seperti
dimarahi Bapak saya dengan kata-kata lembut namun tajam. 'Maaf Pak,
makanya saya pergi dari Maldives malam ini', jawab saya dengan muka agak
tertunduk. Petugas imigrasi hanya tersenyum lagi sambil mencap passport
saya tanda saya boleh keluar dari Maldives.
Kami menginap di salah satu rumah saudara Pak Hussain yang ada di
Colombo. Banyak orang Maldives yang tinggal di Colombo, karena
menginginkan sekolah yang lebih baik, hidup yang lebih baik, atau
sekedar living cost yang lebih murah dari kota Male'. Mengetahui
Srilanka adalah tempat wisata yang indah, kami pun memanfaatkan
kesempatan ini untuk berlibur disana selama seminggu.
Bagi WNI, visa masuk ke Srilanka bisa dibeli ketika tiba di bandara.
Dengan USD 25, kita bisa berlibur di Srilanka selama sebulan.
Bandaranaike International Airport di Srilanka adalah airport cukup maju
dan memiliki fasilitas lengkap, jauh dari pikiran saya yang menyangka
bahwa Indonesia lebih maju dari mereka. Informasi wisata pun sangat
lengkap ditemukan di internet. Segala macam aktifitas, festival, travel
agent, hotel, tempat wisata, sampai penyewaan mobil lengkap. Saya terkagum-kagum, selama ini hanya tourism di Singapore lah yang mempunyai informasi selengkap ini.
Penduduk Srilanka mayoritas Buddhist, dengan beberapa kota yang
didominasi muslim. Dimana-mana terdapat patung Buddha, di tempat ibadah,
tempat wisata, bahkan di sepanjang jalan mata memandang. Bajaj atau
Trishaw (baca: traishow) adalah kendaraan yang paling efektif untuk
mengelilingi kota Colombo yang lalu lintasnya cukup padat. Ada 3 jenis
taxi yang ditawarkan di Srilanka, bajaj yang menggunakan argo/meter,
budget taxi dengan mobil kecil, dan taxi sedan yang argonya cukup mahal.
Bus juga cukup mudah digunakan untuk berkeliling. Namun di jam sibuk,
bus sangat penuh sesak dengan orang yang berpeluh dan bisa menjadi tidak
nyaman berada di dalamnya. Ada banyak agent travel yang menawarkan tour
dalam kota dimulai dari USD 40 per orang.
Kami memulai tour Srilanka dengan berkeliling kota Colombo yang tidak
begitu besar. Hari pertama kami mengunjungi Beira Lake, danau buatan di
tengah kota. Ditengahnya terdapat pura kecil yang lebih banyak dipenuhi
pasangan yang menikmati keindahan danau. Pengunjung bisa menaiki perahu
bebek seharga Rp. 10.000 saja.
Dari Beira Lake, kami mengunjungi Galle Face, pinggir pantai tempat
warga lokal bermain di sore hari. Lalu berkeliling lagi keIndependence
Square, melewati kantor Municipal, Museum Nasional, Pura Ganggaramaya,
Masjid kuno, dan makan di restaurant Halal yang menyajikan makanan
Chinese.
Taman di Independence Square |
Ganggaramaya Temple |
Di hari kedua kami mengunjungi Kebun Binatang Delhiwala, yang kebetulan
berlokasi tak jauh dari rumah tempat kami tinggal.Delhiwala Zoo tadinya
adalah kebun binatang terbaik di Asia. Namun di tahun 2009, ketika
pemerintah Srilanka perang dengan Tamil Tiger, bom menghancurkan
beberapa bagian dari kebun binatang dan menewaskan banyak hewan-hewan
disana. Pemerintah Srilanka butuh sekitar 4,2 milyar rupiah untuk
mengambalikan kebun binatang seperti sedia kala, yang sampai sekarang
belum juga terealisasikan. Meski begitu, Delhiwala Zoo masih terlihat
cantik dan bersih. Untuk masuk kesini, turis WNI harus membayar 2000
rupees atau sekitar 200.000 rupiah.
Di hari ketiga, kami pergi menuju ke area pegunungan di Kota Kandy. Kota
Kandy ini mirip sekali dengan Bandung. Dikelilingi pengunungan,
udaranya sejuk, airnya bersih, dan arsitektur bangunannya masih seperti
ketika jaman Belanda menjajah negara ini. Rasanya saya ingin pindah
kesini, tak habis-habis saya memandangi keindahan kota Kandy yang
memuaskan mata. Kota Kandy dapat ditempuh dari Colombo selama 3 jam
dengan van sewaan seharga Rp. 900.000 pulang pergi dan berkeliling kota
Kandy. Cukup banyak tempat yang bisa dikunjungi di kota Kandy, yaitu
Botanical garden, Spice garden yang cukup banyak dan bisa dipilih,
Lakeview, dan Universitas Kandy yang memiliki pemandangan indah. Ada
juga pura Tooth, tempat koleksi gigi-gigi Buddha disimpan. Di bulan Juni
terdapat festival Perahera, para pemeluk agama Buddhist dari segala
penjuru akan datang ke pura ini untuk berdoa bersama, dan jalan-jalan
akan dipenuhi dengan hiasan-hiasan, pasukan gajah akan dihiasi
pernak-pernik cantik.
Dalam perjalanan ke kota Kandy, terdapat 2 tempat perlindungan gajah,
Pinnewala dan Millenium Elephant Foundation. Kami memilih yang kedua,
walau jumlah gajah yang bisa dilihat jauh lebih sedikit tapi disini jam
berkunjungnya lebih bebas. Kita bebas memandikan gajah, menaiki gajah
berkeliling area, dan memberi makan gajah. Sedang di Pinnewala yang
memiliki 60an gajah memiliki waktu berkunjung yang strict. Disana bisa
pengunjung bisa memberikan susu ke bayi gajah dengan dot raksasa pukul 8
pagi. Tiket masuk ke Millenium Elephant Foundation adalah seharga 2000
srilankan rupees atau sekitar Rp. 200.000. Kota Kandy juga bisa ditempuh
dengan Luxury Train selama 2,5 jam.
Di hari keempat, kami pergi ke Kalpitiya, berharap menemukan ikan paus
yang sedang bermigrasi, seperti diberitakan di buku travel. Perjalanan
ke Kalpitiya sangat jauh memakan waktu sekitar 3-4 jam dengan van sewaan
seharga 11.000 rupees atau Rp. 1.100.000 untuk pulang pergi dan
berkeliling ke Kalpitiya dan Puttalam. Kami berangkat dari Colombo pukul
5.30 pagi, sampai di Kalipitiya pukul 9.30, dan harus meneruskan
perjalanan 100km ke tengah laut dengan boat sewaan seharga 8000 rupees
atau Rp. 800.000. Namun sayang kami harus pulang dengan kecewa karena
tidak menemukan satupun lumba-lumba ataupun ikan paus di lagoon
Kalpitiya. Namun kekecewaan terbayar dengan berbagai tempat wisata lain
yang kami temukan di Puttalam. Ada pabrik garam, masjid di pinggir laut,
dan makan siang di rumah warga di Puttalam.
Rasanya belum puas berlibur di Srilanka. Ada banyak sekali tempat indah
lain yang ada di list jalan-jalan kami tapi tidak sempat dijalani. Ada
banyak sekali National Park seperti Horton Plains, dan Adam's Peak yang
menyimpan segudang keindahan untuk dinikmati.
We will come back to Srilanka. See u next time!
0 Response to "Berwisata ke Colombo"
Posting Komentar